Redupnya Cahaya Purnama dan Bintang-Bintang

   Akhir-akhir ini ku sadar matahari dan bulan sudah jarang nampak, Karena tertutup oleh awan-awan hitam yang hampir tiap hari menurunkan hujan yang membasahi tanah., tapi ku yakin matahari dan bulan itu akan muncul suatu saat nanti. Awan hitam dan hujan malam kemarin shingga sore kemarin menjadi moment dan menjadi saksi dimana kepemimpinan atau purnama salah seorang inspirator yang banyak dikagumi orang baik laki-laki dan perempuan sudah mulai tenggelam. Saya masih ingat ketika pertama kali bertemu dengan pemilik purnama itu, ketika saya berniat untuk bergabung dan berhimpun di  lingkungan dan rumah seorang pemilik purnama. Sejak pertama melihat dan menyaksikan bagaimana perkataan, cara berpakaian dan
akhlaknya saya seakan terbius dengan segala sesuatu yang berkaitan dengannya. Walaupun demikian, saya belum bisa mengetahui segala selak beluk pemilik purnama itu dan bagaimana keadaan rumah yang akan saya masuki nantinya.
Mei yang lalu merupakan bulan dimana proses saya untuk bisa bergabung dengan lingkungan dan rumahnya (pemilik purnama). Proses dan perjalanan yang begitu panjang sehingga kami resmi bergabung dan bersama-sama membangunan dan memberikan kemajuan rumah itu yang saya anggap salah satu rumah yang di idamkan oleh seorang penjelajah ilmu terkhusus di kampus peradaban UIN Alauddin Makassar.
  Terringat ketika awal proses bergabung, saya pesimis dan kurang percaya diri karena saya sadar bahwa saya  susah menyesuaikan diri dan tidak punya apa-apa untuk bisa berkontribusi terhadap rumah impian itu. Tapi berkat seluruh penghuni rumah tersebut yang begitu baik dan mau berbagi dengan orang yang tidak punya apa-apa ini. Seiring berjalannya waktu akhirnya tangan ini, pikiran ini dan lain-lain bisa sedikit berkontribusi untuk rumah ini walaupun hanya seperti butiran debu.
    Tak terasa waktu begitu cepat. Detik menjadi menit, hari demi hari perubahan matahari menjadi bulan dan begitu pula sebaliknya laksana kilat. Kemarin ditengah dinginnya badan ini di Kota Bunga menjadi saksi berakhirnya amanah dari seorang pemilik purnama dan Bintang-bintang nya. Air mata menjadi saksi begitu panjang dan kerasnya jalan yang dihadapi. Walaupun ku tak bisa melihat semua jalan yang mereka jalani tapi ku yakin semuanya pasti dihiasi dengan senyum dan tangis. 
     Ku tak bisa berkata apa-apa lagi, cahaya dari purnama dan Bintang-bintang nya telah redup. Walaupun demikian cahaya itu akan tersimpan di hati dan pikiran kami. Karena purnama dan Bintang-bintang itu pernah menerangi dan menghiasi perjalanan hidup ini. Sepatah kata untuk pemilik purnama dan bintang-bintangnya, terima kasih telah menjadi salah satu penerang hidup ku, ku bangga bisa melihat dan dekat dengan purnama dan bintang-bintang itu. Dan ku meminta maaf jika selama ini saya pernah menutupi cahaya kalian atau membuat kalian bergetar dan cahaya kalian pun ikut bergetar dan tak sempurna.

Makassar, Senin/24 Desember 2018

Comments

Popular posts from this blog

MAKALAH KRISTOLOGI: Sumber-Sumber Ajaran Agama Katolik dan Kandungannya

Kerja Keras